buukaan Long Distance Relationship :p walaupun LDR-ship ini bisa ngefek ke LDR-flex yang akan qta bahas nanti. LDR yang dimaksud adalah Let Down Reflex. pernah dengar, mom? informasi tentang LDR ini penting sangat, apalagi untuk ibu bekerja yang harus pumping 2-3 kali sehari di kantor. mengetahui tips trik untuk mendapatkan LDR ini insya Allah membuat pumping jadi kegiatan yang menyenangkan :)
Let's start =]
LDR secara sederhana adalah reflek pengeluaran ASI. jadi tentang bagaimana ASI bisa dengan derasnya keluar untuk diminum bayi ATAU saat dipumping. saat menyusui langsung, secara alamiah dan naluriah LDR akan terjadi karena saatt bayi menyusu, hormon oksitosin bunda bekerja. begitupun saat pumping, ketika LDR aktif, ASI yang perah jadi lebih lancar, lebih cepat, lebih banyak hasilnya, dan tidak sakit.
sumber gambar |
cara kerjanya sendiri saya paste dari sumber, berhubung ilmu saya tidak spesifik ke LDR (kan anak akuntansi sayanyaaa, hihii).
ketika ASI sudah diproduksi di
dalam alveoli, ASI belum dapat dikeluarkan melalui saluran ASI dan
puting, bayi akan mengeluarkan ASI ketika alveoli diperah oleh
otot-ototnya dan keluar melalui saluran ASI menuju puting, untuk itu
payudara membutuhkan 1 hormon lain untuk mengeluarkan ASI dari alveoli
ke saluran ASI, hormon ini disebut Oksitosin.Hormon
ini diproduksi ketika bayi menyusu, rangsangan sensorik menyusui
membuat otak –melalui kelenjar pituitari bagian belakang- mengirim
hormon oksitosin agar otot alveoli berkontraksi untuk mengeluarkan ASI
menuju saluran. Makanya hormon ini disebut hormon pengaliran ASI atau
lebih keren disebut ‘let-down reflex’ (LDR).
hormon ini diproduksi lebih cepat dari pada hormon prolaktin. Hormon
ini membuat ASI mengalir untuk bayi menyusu saat ini atau ketika proses
menyusui berlangsung. Oksitosin membuat rahim ibu berkontraksi sesudah
persalinan. Kontraksi ini membantu mengurangi perdarahan, namun kadang
menyebabkan nyeri rahim dan keluarnya darah selama menyusui pada
beberapa hari pertama, beberapa ibu bahkan merasakan nyeri yang sangat
hebat.
perasaan yang positif, misalnya perasaan senang dan puas terhadap
bayinya, atau memikirkan bayinya dengan penuh kasih, dan merasa percaya
diri bahwa ASI-nya adalah yang terbaik untuk bayinya, dapat membantu
refleks oksitosin bekerja dan ASInya mengalir. Sensasi-sensasi seperti
menggendong, menyentuh atau menatap bayinya, atau mendengar bayinya
menangis, juga dapat membantu refleks oksitosin.
sebaliknya perasaan negatif, misalnya kesakitan, khawatir atau
ragu-ragu bahwa ia tidak punya cukup ASI, dapat menghambat refleks
oksitosin dan menghambat ASI mengalir. Stress akut dalam keadaan darurat
juga dapat menghambat refleks. Payudara tampak seperti berhenti
memproduksi ASI. Padahal, payudara tetap memproduksi ASI, tetapi tidak
dapat mengalir keluar, sehingga bayi sulit untuk mendapatkannya. Untung
efek ini biasanya sementara, dan dapat kembali seperti semula. Ibu
membutuhkan dukungan dan kenyamanan untuk membantunya merasa tenang.
Apabila bayinya tetap menyusu, ASInya akan mengalir kembali.
sehingga hormon oksitosin kadang disebut “hormon cinta” karena
hal-hal positif dapat membantu hormon ini aktif dan bekerja dengan baik,
sehingga ASI pun keluar dengan lancar, dan sebaliknya. Inilah salah
satu sebab kenapa menyusui meningkatkan bonding dan kedekatan pada bayi.
bagaimana mengetahui hormon oksitosin kita aktif? Biasanya ketika hormon ini aktif, ibu akan merasakan beberapa sensasi:
- Sensasi diperas atau gelenyar di dalam payudara sesaat sebelum atau selama ia menyusui bayinya.
- ASI mengalir keluar dari payudaranya saat ia memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis.
- ASI menetes pada payudaranya yang lain, ketika bayinya menyusu.
- ASI mengalir dari payudaranya dalam semburan yang halus, jika bayi melepaskan payudara selama menyusu.
- Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah, selama menyusui di minggu pertama.
- lsapan yang lambat dalam dan tegukan oleh bayi, menunjukkan ASI mengalir ke dalam mulutnya.
- Rasa haus
sebagian ibu merasakan sensasi-sensasi diatas tetapi sebagian lagi
tidak merasakan, ketiadaan sensasi tadi tidak merupakan indikator bahwa
oksitosin kita tidak aktif atau ASI tidak keluar.
nah saya sekedar share pengalaman saja yah. selama pumping di kantor kemaren, pasti selalu cari tempat ternyaman dan teraman. waktu itu memang belum ada ruang pumping, hihi. jadi tebak, saya pumping dimana? emm banyak sii, haha.
- pernah di mobil. tempat parkir bertingkat, jadi tidak panas
- pernah di mobil teman, waktu qta mau ke acara resepsi teman kantor yang jaraknya cukup jauh dan bertepatan sama waktu pumping. yap, saya pumping di baris ke-3 Avanza.
- pernah di ruang arsip. ini mesti minta ijin, skalian announce ke yang lain kalo saya bakal ada di dalam ruangan selama 20 menit -dan tidak boleh diganggu- hahaha
- pernah di ruang meeting. nyaman deh, tapi sering deg-deg serr kalo tiba-tiba ada yang masuk ruangan. akhirnya jarang pake ruang meeting, karena hasil pumping pasti berkurang
- pernah jugaaa di ruangannya bos, waktu lagi magang di kantor cabang.
- pernah di kamar ganti Matahari juga! mba-mba nya baik banget deh, saya minta ijin secara jujur dan terbuka kalo mau pumping, dan diijinkan. makasi Matahari :)
- dan seringkali di tempat paporit : mushalla =] ini tempat yang paling nyaman dan aman buat saya pribadi. dan Alhamdulillah hasil pumping selalu melimpah disini :) pumpingnya sambil baca quran. i miss those moments :')
yang mau saya sampaikan adalah : toilet bukan pilihan tempat untuk pumping. bukan. malah, its not an option, moms. yah setidaknya untuk saya pribadi. kenapa? bunda sendiri ikhlas nda, kalau teman bunda nyusunin bekal buat bunda di toilet? kalo iya, well, feel free to pump there :p masih banyak tempat lebih layak untuk pumping, pasti :) trust me :) we all want the best things to our child, dont we?
sumber kerrren lain :
Modul Pelatihan Konseling Menyusui 40 Jam WHO-Unicef
No comments:
Post a Comment